Sabtu, 18 Desember 2010

Kehidupan di Luar Tata Surya

Kehidupan di Luar Tata Surya

Penemuan Planet-Planet di Luar Tata Surya (Ekstra Solar Panet) memberikan harapan kepada manusia untuk menemukan kehidupan di luar sana, atau bahkan mirip dengan Bumi. Menurut Hasil pengamatan, ada lebih dari 100 planet telah ditemukan. Beragam metode baru ditemukan dan teleskop luar angkasa dibuat untuk lebih bisa memberikan hasil pengamatan kearah penemuan bulan (eksra-Solar moon) dari ekstra-solar Planet..

Mungkin saja diluar sana ada kehidupan atau dunia yang ber-penghuni sama dengan dunia kita, hanya saja kita masih belum bisa menjangkaunya. Berdasarkan dalam hal ini, para ilmuwan di bidang astronomi berusaha mencari dunia-dunia baru selain dunia yang kita kenal. Dan ternyata berkat kecanggihan teknologi pada jaman sekarang yang semakin maju, lambat laun mulai terungkap sedikit demi sedikit dunia-dunia yang berada di luar tata surya kita. Berikut ini akan saya tampilkan 10 dari begitu banyaknya dunia asing yang paling luar biasa yang berada di luar sana yang berhasil ditemukan oleh para pengamat astronomi. Yang pertama kali ditemukan di antara lebih dari 400 planet yang berada di luar tata surya kita, dimulai dengan dunia asing yang pertama yaitu diberi nama 51 Pegasi b adalah planet yang pertama kali ditemukan di orbit yang mengelilingi sebuah bintang normal selain Matahari. Ditemukan pada tahun 1995.

Beberapa ahli astronomi telah menemukan planet berbatu di luar sistem tata surya kita, dengan kepadatan yang terbukti sama dengan Bumi, demikian laporan studi oleh satu tim Eropa.
Planet itu, yang dikenal sebagai COROT-7b, ditemukan pada Februari tahun ini oleh teleskop antariksa Eropa, COROT, yang telah melacak bintang tersebut yang diputarinya. Planet itu berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi di dalam gugus bintang Monoceros, Unicorn. Meskipun para ilmuwan telah mencari kehidupan di langit dalam waktu cukup lama, ada dugaan bahwa satu planet memerlukan permukaan padat untuk menunjang kehidupan. Dari lebih 300 exoplanet yang dikenal, itu adalah planet pertama yang ditemukan yang tidak besar dan mengandung gas.

Temuan mengenai planet berbatu dengan kepadatan seperti Bumi membawa kita satu langkah lebih dekat untuk menemukan planet lain yang serupa dengan planet kita. Meskipun planet itu sangat panas dan kekurangan air berarti tampaknya planet tersebut tak bisa menampung kehidupan, para ilmuwan mengatakan, hal itu tetap menjadi satu langkah penting karena itu memperlihatkan planet berbatu benar-benar ada.

Exoplanet terkecil namun dikenal sebagai jagoan yang berkuasa dari sebagian besar planet yang seukuran Bumi adalah Gliese 581 e. Bisa dibilang terkecil karena memiliki massa yang hanya 1,9 kali massa Bumi, sehingga dikenal sebagai planet asing yang paling ringan.

Temuan baru-baru ini menunjukkan bahwa dunia di luar angkasa memang penuh warna. Di alam semesta banyak terdapat sistem yang mirip dengan galaksi kita, dan dalam setiap “galaksi” juga banyak terdapat bintang tetap seperti matahari. Namun, apakah di sekeliling bintang-bintang tetap itu ada planet seperti bumi kita ini? Dan apakah ada kehidupan seperti kita di sini? Sambil membawa soal-soal ini, belakangan ini para peneliti terus mencari jejak planet di luar tata surya. Sejak ditemukannya “51 Pegasi B” planet pertama di luar galaksi pada 1995 silam, yang mana selama 11 tahun ini telah ditemukan 200 lebih planet di luar galaksi. Lebih-lebih pada 2006 lalu, para astronom dari berbagai daerah di dunia telah menemukan 20-30 planet di luar galaksi, banyak sekali fenomena, di mana kesemuanya itu belum pernah ditemui sebelumnya.

Meski di antara planet-planet ini ada beberapa yang masih perlu diteliti dan di pastikan lebih lanjut, namun temuan-temuan ini cukup untuk mengetahui proses pembentukan planet dan galaksi, serta mencari kehidupan di luar planet bumi.

Sistem tata surya “super” Laporan majalah astronomi pada February 2006 lalu menyebutkan, bahwa teleskop angkasa Spitzer NASA berhasil mengamati 2 bintang tetap super, di sekitarnya dikelilingi dengan struktur piring debu dengan ukuran raksasa, dapat dikata sebagai “tata surya” super.


Sistem Tata surya Super

Yang paling menggembirakan adalah ditemukan lagi piring debu raksasa di sekeliling 2 bintang tetap, menurut ilmuwan, bahwa ini adalah sistem planet yang ada atau yang akan segera terbentuk. Dan di masa lalu para ilmuwan meyakini bahwa di sekitar bintang tetap yang demikian besar itu tidak akan bisa menjadi planet. Benda langit ganjil, tidak mirip bintang tetap maupun planet Baru-baru ini astronom asal Kanada kembali menemukan dua benda langit yang ganjil, mereka tidak dapat dimasukkan ke dalam sistem planet ataupun bintang tetap, sehingga astronom mau tidak mau menyebut kedua benda langit ini sebagai “benda langit substansi planet”. Menurut laporan BBC, bentuk kedua benda langit ini nyaris sama, jaraknya 400 tahun cahaya dari bumi. Meskipun cara pembentukan mereka mirip dengan bintang tetap, yakni terbenuk dari awan gas susutan pendingin, namun karena suhunya terlalu dingin, lebih dingin dari bintang tetap yang sesungguhnya, karena itu tidak termasuk kategori bintang tetap. Lagipula massa masing-masing dari mereka hanya 1% dari matahari kita.

Massa mereka mirip dengan sejumlah besar planet, satu di antaranya adalah 14 kali lipat dari massa-nya Jupiter, dan satunya lagi adalah 7 kali lipat massa Jupiter, tapi karena cara pembentukan mereka tidak sama dengan planet lainnya, juga tidak berputar mengelilingi sebuah bintang tetap seperti planet lainnya, melainkan saling berputar mengelilingi satu sama lain, karena itu tidak dapat dikategorikan sebagai planet. Peneliti dibuat bingung terhadap bagaimana mereka itu terbentuk. Astronom asal Kanada menuturkan, bahwa eksistensi kedua benda langit ini membuatnya terkejut. “Temuan baru-baru ini menujukkan bahwa dunia di luar angkasa memang multi ragam, keberadaan mereka dan nasibnya di masa mendatang juga merupakan sebuah misteri.”


“Bumi supra”

Kebanyakan planet di luar galaksi merupakan planet gas seperti Jupiter, namun yang membuat peneliti tertarik adalah planet padat batuan seperti bumi, sebab benda langit demikian lebih memungkinkan melahirkan kehidupan. Laporan BBC pada awal Maret 2006 lalu menyebutkan, bahwa astronom menemukan sebuah benda langit yang disebut “bumi supra”, adalah sebuah benda langit es dan batuan yang tersingkap, dengan massa 13 kali lipat dari bumi. Dan planet ini berada di luar 9.000 tahun cahaya, berputar mengelilingi sebuah bintang tetap yang setengah lebih besar dari matahari. dengan suhu permukaan yang ekstrem rendah, hanya 201 derajat di bawah nol O derajat celcius. Awal Januari 2006 sebelumnya, majalah natural memberitakan bahwa di kawasan pusat yang
berdekatan dengan galaksi ditemukan sebuah planet yang besarnya 5 kali lipat dari bumi, jaraknya 28.000 tahun cahaya dari bumi, dan berputar mengelilingi sebuah bintang cebol merah yang mirip matahari. Dan ini adalah “bumi di luar galaksi” terkecil yang ditemukan ketika itu. Dalam sebuah pertemuan astronomi yang diselenggarakan di Colorado, Amerika Serikat pada 7 Februari 2006 silam, astronom mengumumkan menemukan sebuah planet di luar tata surya, massanya hanya 1/5 dari massa Pluto, sistem planet tersebut persis seperti sebuah tata surya yang mengecil. Planet yang besar dan enteng menantang teori pembentukan planet Pada September 2006 lalu website majalah science memberitakan, bahwa astronom menemukan sebuah planet di luar tata surya baru yang besar, tapi, masanya lebih ringan dari perkiraan sebelumnya, ini membuat ilmuwan terpaksa memeriksa kembali terhadap teori pembentukan planet. Planet terbaru yang ditemukan ini jaraknya kurang lebih 450 tahun cahaya dari bumi, dan disebut HAT-P-1, adalah planet terbesar di luar tata surya yang ditemukan hingga saat ini. Yang mengejutkan ilmuwan adalah ukuran planet ini lebih besar 1,5 kali lipat dari Jupiter, tapi bobotnya hanya setengahnya Jupiter. Menurut teori pembentukan planet saat ini, bahwa benda langit yang demikian besar tapi sangat ringan ini tidak seharusnya eksis. Dalam konperensi pers-nya, astrofisikawan Robnerto Nois mengatakan : “kami telah menemukan sebuah benda langit baru yang sangat unik, dan ia benar-benar membingungkan kami.”Pakar dari NASA menuturkan, bahwa ketika planet lahir bentuknya sangat besar dan bersuhu tinggi, tapi jika hendak mempertahankan kondisi demikian perlu energi, karena itu setelah planet terbentuk bukan saja suhunya akan turun tapi ukurannya juga akan mengecil. Masalah pada planet baru ini adalah suhu yang dipertahankannya sendiri tapi tidak menyusut, ini berarti ia memiliki sejumlah besar energi panas internal yang berkesinambungan sehingga membuat segenap benda langit memuai, tapi ilmuwan merasa bingung dengan sumber energi tersebut. Planet ini sangat dekat dengan bintang tetap yang berputar di sekitarnya, jaraknya dengan bumi hanya 10.5 tahun cahaya, karena itu, ini juga merupakan planet terdekat yang ditemukan saat ini. Satu pekan ia berputaran mengelilingi mataharinya sendiri adalah 6.9 tahun cahaya. Temuan ini sekaligus membuktikan bahwa planet muncul pada piring debu di sekitar bintang tetap. Juga pada awal oktober 2006 lalu , para astronom secara serentak mengumumkan tentang 16 planet yang ditemukan teleskop Hubble NASA. Mereka berada di kawasan pusat galaksi kita. 5 di antaranya sama sekali erbeda dengan planet yang sudah diketahui, mereka dengan cepat berputar mengelilingi bintang tetap mereka, dan sekali merampungkan revolusinya tidak sampai satu harinya bumi, sehingga disebut planet siklus dengan revolusi super singkat. Paling cepat bisa dalam waktu 10 jam merampungkan perputarannya mengelilingi bintang tetapnya. Sebab jarak planet ini dengan bintang tetapnya hanya 740 ribu mil jauhnya, dan planet tersebut tergolong sejenis planet yang paling panas, suhu permukaannya diperkirakan sekitar 3.000o fahrenheit.

Planet terestrial tersebar di angkasa. Oleh karena planet lebih kecil, dan tidak memancarkan cahaya, jadi tidak begitu mudah mengamatinya. Biasanya astronom menggunakan dua gejala astronomis untuk secara tidak langsung mengamati planet di luar tata surya. Einstein pernah mengemukakan, bahwa ketika bergerak ke bintang tetap, efek gravitasi akan seperti lensa memperbesar benda langit di bagian belakang, sehingga tampak lebih terang ketika diamati, inilah efek dari “lensa gravitasi”. Selain itu, ilmuwan juga bisa membuktikan keberadaan mereka dari fakula (daerah yang terang di permukaan matahari) yang melintasi bintang tetap dari planet, dan inilah yang disebut “gejala transit”.
Zellon Aphetys Seiring dengan semakin banyaknya ditemukan planet di luar galaksi, para ilmuwan juga semakin meyakini bahwa planet terestrial ini tersebar di mana-mana di angkasa. Dengan menggunakan komputer ilmuwan AS mensimulasi proses pembentukan planet, dan hasilnya menunjukkan bahwa di antara planet yang dekat di luar tata surya yang ditemukan hingga saat ini, mungkin terdapat 1/3 planet yang mirip dengan bumi, diselimuti oleh samudera dan cocok untuk kehidupan. Di saat yang sama, ilmuwan asal Jerman juga menemukan materi dari periode awal di antara batuan yang jatuh ke bumi tersebut terdapat struktur kehidupan, ini menunjukkan bahwa di luar angkasa terdapat prasyarat kehidupan.

Professor Liane Benning dari University of Leeds dan Dr Dominique Tobler dari University of Glasgow menuju Ny-Ã…lesund di Pulau Svalbard, Norwegia, untuk menyelidiki bagaimana salju dan es di sana pertama kali dikolonisasi oleh extremophiles sebuah organisme yang hidup dengan pesat dalam kondisi ekstrem dingin.

Tim akan menghabiskan dua minggu di Svalbard sebagai bagian Europlanet Research Infrastructure’s Transnational Access Programme. Ekspedisi ini bagian dari proyek internasional AMASE yang menggunakan lingkungan ekstrem di Bumi sebagai medan penelitian untuk keperluan misi “Mencari Kehidupan” NASA dan ESA di Planet Mars.
Svalbard merupakan pulau yang terletak di antara Norwegia dan Kutub Utara. “Salju dan es di kutub merupakan pembanding yang cocok dengan es dan lapisan beku yang ditemukan di kutub Mars atau lapisan es lain di tata surya kita,” ujar Profesor Benning.

“Organisme yang hidup di sini telah berevolusi untuk berkembang biak secara pesat dengan hanya sedikit makanan, fluktuasi naik-turunnya temperatur secara ekstrem, dehidrasi dan radiasi tinggi sinar ultra violet. Contohnya, alga salju menghasilkan carotinoids, sebuah pigmen yang melindungi mereka dari radiasi sinar ultraviolet dan menyebabkan salju berubah menjadi warna merah.

“Bila kita bisa mempelajari lebih banyak tentang bagaimana kehidupan terbentuk dan berkembang di area ini dan strategi mereka bertahan hidup, akan memberi kita peluang mendeteksi kehidupan di planet lain dengan kondisi ekstrem yang mirip,” jelasnya.

Untuk segi waktu, penelitian mikro-organisme di kutub ini fokus di lapisan bawah kutub yang kaya sedimen atau di lubang yang mencair di permukaan. Tanda-tanda kehidupan hadir di permukaan es dan salju belum diteliti secara ekstensif.

Tim akan mengumpulkan sampel dari area es dekat stasiun penelitian Ny-Ã…lesund dan dari daerah terpencil yang hanya bisa dicapai dengan helikopter. Sampel ini akan disaring, disimpan, dan dikirim ke Inggris untuk diteliti di laboratorium.
Tim juga akan meneliti mikroorganisme di lokasi menggunakan teknik deteksi kehidupan yang akan menghitung jumlah sel mati atau hidup, mengelompokkan keragaman hayati, menginvestigasi susunan kimia dari sampel anor ganik, dan menganalisis DNA mikro-organisme.

“Ini mirip dengan CSI (Crime Scientific Identification) di salju, seperti halnya tim forensik menginvestigasi peristiwa kejahatan, kami harus memastikan tidak ada bahan yang terkontaminasi, yang mungkin kami bawa ke tempat penelitian ini,” jelasnya.

Tata Surya Lain

Sebelumnya, ahli perbintangan menemukan sistem tata surya lain yang mirip dengan tata surya kita. Para ahli perbintangan menyimpulkan sekitar 15 persen bintang di sistem galaksi planet mirip dengan kondisi tata surya kita, dengan beberapa planet gas raksasa di luar sistem tata surya.

“Sekarang kita tahu tempat kita di alam semesta, sistem tata surya kita bukan satu-satunya, tapi juga tidak banyak,” ujar Scott Gaudi, astronom dari Ohio State University.
Gaudi melaporkan hasil studi terbaru awal tahun ini di Pertemuan Masyarakat Astronomi AS di Washington DC, tempat ia mendapat penghargaan Helen B Warner, penghargaan bagi para astronom. Studi ini merupakan kolaborasi penelitian yang diberi nama Microlensing Follow-Up Network (MicroFUN), yang meneliti langit planet-planet di luar tata surya kita.

Astronom MicroFUN menggunakan metode gravitational microlensing, yang terjadi ketika satu bintang melintasi di depan bintang lainnya, dan terlihat dari Bumi. Bintang paling dekat menambah besar pancaran cahaya dari bintang yang lebih jauh seperti sebuah lensa.

Bila planet-planet berada di orbit bintang lensa, mereka akan memancarkan cahaya ketika melewatinya. Metode ini cocok untuk mendeteksi keberadaan planet raksasa di sebuah tata surya di luar tata surya kita.

Seperti halnya Jupiter, planet raksasa di tata surya kita. Hasil ini merupakan kerja keras penelitian selama 10 tahun, demikian penjelasan Gaudi dan Andrew Gould, profesor astronomi di Ohio State University.

Sepuluh tahun lalu, Gaudi menulis tesis mengenai hal yang sama dan menyimpukan kurang dari 45 persen bintang memiliki konfi gurasi mirip dengan tata surya kita. Selanjutnya, Desember tahun lalu, Gould bersama Cheongho Han dari Institute for Astrophysics at Chungbuk National University, Korea, menemukan planet baru.

Kedua peneliti menganalisis benda- benda yang berada di luar tata surya kita, sementara Gould melihat sebuah pola. “Menggunakan data Micro- FUN empat tahun lalu, kita dapat mengatakan bahwa sistem planet yang ada di galaksi ada yang mirip dengan tata surya kita,” jelasnya.

Empat tahun lalu, survei MicroFUN hanya menemukan satu sistem tata surya yang mirip dengan tata surya kita—sistem tata surya yang memiliki dua planet gas berukuran raksasa seperti Jupiter dan Saturnus.

“Empat tahun lalu kita hanya menemukan satu, dan kini kita menemukan setidaknya enam, jumlah ini sekitar 15 persen dari jumlah bintang, “ ujar Gaudi. “Hasil penelitian ini akan bertambah di kemudian hari, karena masih akan ada penelitian lanjutan.

Namun, hasil penelitian ini akan menjadi pijakan penelitian selanjutnya,” tambah Gaudi. “Kemungkinan kehidupan lain berada di suatu tempat di galaksi ini, peneliti akan menyimpulkannya dengan melihat dari seberapa banyak sistem tata surya yang mirip dengan tata surya kita,” ungkap Gould.

Goulg menilai hasil studi ini adalah sebuah hal yang positif. Ia mengakui sistem tata surya kita adalah minoritas di alam semesta. “Namun dengan miliaran bintang di alam semesta, jumlah 15 persen berarti ada ratusan juta yang mirip tata surya kita,” jelasnya.

Sebelumnya, empat tahun lalu, hasil penelitian 19 ahli fisika, astronom, dan pakar klimatologi dari Eropa dan Amerika Serikat menemukan adanya es dalam kawah yang ada di Planet Merkurius, planet terdekat dengan matahari.

Penelitian yang dilakukan juga menyebutkan tiga bulan besar dari Jupiter mungkin memiliki lapisan air, dan satu di antaranya, Europa, hampir pasti memiliki samudra di bawah permukaannya.

Pesawat luar angkasa, Kepler yang diluncurkan tahun 2009 untuk mencari tata surya lain dibanjiri dengan ratusan data. Sebelumnya, 300 kandidat telah didaftarkan dalam catalog “extrasolar planets”. Data tersebut dipublikasikan secara online dan di arXiv.org dan akan segera dikumpulkan ke jurnal Astrofisika.

Dipuncak data yang berlimpah itu, tim Kepler masih menyimpan 450 data lainnya, 5 diantaranya telah dikonfirmasi sebagai exoplanet. Setidaknya selusin objek dari data tersebut memiliki ukuran yang hampir sama dengan COROT 7b, exoplanet terkecil yang telah diidentifikasi. Ukurannya hanya 1,6 kali diameter bumi, bahkan ada yang sedikit lebih kecil.
Natalie Batalha, astronom dari San Jose State University menyatakan bahwa Kepler telah melihat kandidat planet yang seukuran dengan bumi. Namun, masih ada ujian pembuktian yang harus ditempuh calon planet ini. Aturannya, sebelum kandidat dikonfirmasi sebagai planet, ia harus terlihat oleh pesawat Kepler selama tiga kali. Planet mirip bumi tersebut baru muncul sekali. Bila periode revolusinya sama dengan bumi, ia akan muncul setahun sekali. Jadi, masih butuh tiga tahun lagi untuk membuktikannya. Keputusan yang mengizinkan para ilmuwan di misi kepler untuk merahasiakan data mereka hingga tahun 2011 mengundang kritikan dari banyak ilmuwan. Salah satunya, Jon Morse, direktur utama divisi astrofisika di NASA. Menurutnya , penundaan publikasi tersebut akan menyebabkan tim Keppler kehilangan banyak waktu yang berharga untuk menindaklanjuti ratusan data tersebut bersama-sama.

Untuk bertahan hidup, manusia selalu membutuhkan unsur-unsur pendukung kehidupan seperti oksigen. Namun beberapa makhluk hidup yang ada di bumi ini ternyata memiliki karakteristik yang cukup unik dan karakteristik ini memungkinkan mereka untuk hidup pada kondisi ekstrim di luar angkasa.

Sekarang, mari kita lihat lima makhluk super berikut ini:

1. Cacing yang hidup di es metana




Makhluk itu sesungguhnya adalah seekor cacing yang hidup di lempengan es metana yang terdorong ke permukaan dari dasar laut di dekat pantai mexico.

Es metana adalah sebuah gas hidrat yang terbentuk secara alami pada tekanan tinggi dan temperatur rendah di dasar laut yang dalam. Menurut para ahli dari pennsylvania state university, penemuan cacing ini telah membangkitkan berbagai spekulasi mengenai kehidupan di luar angkasa. Erin mcmullin, salah satu peneliti yang turut menemukan cacing tersebut berkata: “sangat menyenangkan ketika kita sibuk berspekulasi mengenai kehidupan di planet lain, kita malah terus menemukan bentuk kehidupan baru yang sepertinya bukan berasal dari bumi.” lalu, jika kita memberikan sebuah tempat baru baginya di angkasa luar, dimanakah tempat yang cocok baginya?

Jawabannya adalah di titan, salah satu bulan saturnus. Di titan, terdapat lautan methana yang berlapis-lapis. Jika kita menaruh cacing ini di titan, ada kemungkinan ia dapat bertahan hidup dengan mendiami lapisan es tersebut.

2. Makhluk yang bisa hidup di ruang hampa




Berbeda dengan beruang darat yang bertubuh besar, makhluk ini hanya memiliki panjang sekitar setengah milimeter. Ini membuatnya tidak terlihat oleh mata telanjang. Tetapi, jangan menilainya hanya dari ukurannya. Makhluk mikro ini termasuk salah satu makhluk hidup yang paling tangguh di bumi.

Ia memiliki satu kekuatan super. Ia bisa masuk ke dalam kondisi diam sempurna yang disebut tun. Dalam kondisi ini, makhluk ini bisa bertahan terhadap fluktuasi temperatur, bahkan yang paling ekstrim sekalipun.

Pada tahun 2008, beberapa ekor tardigrade ikut dikirim ke luar angkasa dan terbukti kalau mereka bahkan bisa bertahan di dalam ruang hampa udara.

Jadi, jika kita melepasnya ke ruang angkasa, ada kemungkinan kalau makhluk ini bisa mengarunginya hingga menemukan tempat berdiam yang cocok baginya.

3. Cacing raksasa pemakan belerang



makhluk ini hidup di tepi gunung api super panas jauh di dasar lautan. Dan ia memakan belerang yang dibawa oleh bakteri lokal.

Cacing raksasa ini bisa bertumbuh hingga sepanjang 2,1 meter dan bisa hidup 5 mil di bawah permukaan laut dalam kondisi tekanan yang ekstrim. Tubuh mereka didominasi warna merah. Ini karena banyaknya nadi yang berisi darah di dalamnya. Yang menarik dari cacing ini adalah kemampuannya bertahan terhadap panas yang ekstrim dan masih tetap bisa menerima kebutuhan hidup yang cukup. Dimanakah tempat yang cocok baginya di luar angkasa? Makhluk ini mungkin bisa hidup di venus dimana terdapat sumber belerang yang luar biasa banyak

4. Mikroba antartika pemakan besi




Menurut majalah nature: “cairan ini telah terjebak di dalam glasier selama paling tidak 1,5 juta tahun lamanya. Di dalamnya, paling tidak terdapat 30 jenis bakteri yang masing-masingnya memiliki pergerakan kimia yang unik.” menurut salah satu peneliti bernama mikucki, mikroba ini menggunakan sulfat sebagai katalis dalam sebuah rantai reaksi yang kompleks dimana penerima elektron akhirnya adalah besi.
“ini adalah contoh bagaimana sebuah ekosistem berhasil bertahan walaupun tertutupi oleh kegelapan dan es yang tebal.”

“life finds a way.” dengan karakteristik ini, maka mikroba ini mungkin dapat hidup di europa, salah satu bulan jupiter yang memiliki lautan yang kaya akan zat besi di bawah lapisan esnya yang tebal

5. Bakteri yang mampu bertahan dari radiasi

d. Radiodurans adalah nama bakteri ini. Ia mampu bertahan dalam dosis radiasi yang seribu kali lebih kuat dibanding dosis yang dapat diterima manusia.

Kemampuan ini didapatkannya karena sistem pemulihan dnanya yang unik. Manusia yang menerima radiasi umumnya meninggal karena partikel radioaktif tersebut menghancurkan dnanya. Akibatnya sistem regulasi di tubuh pun terhenti. namun bakteri ini secara menakjubkan mampu menyusun kembali dna nya yang telah hancur. salah satu masalah yang dihadapi ketika manusia mencoba untuk hidup di bulan atau mars adalah adanya radiasi yang cukup mematikan. Jika bakteri ini dilepas di angkasa, maka radiasi yang ada di sana tidak akan mampu mempengaruhi tubuhnya.

0 hay...:

Posting Komentar