- Latar Belakang
Pemahaman terhadap hakikat bahasa akan memudahkan kita memahami seluk beluk bahasa sebagai salah satu alat komunikasi yang terbaik yang dimiliki oleh manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Hal ini juga memudahkan kita bertugas sebagai pendidik dalam melaksanakan pengajaran. Dengan memahami seluk beluk bahasa akan lebih mudah membina dan mengembangkan berbagai keterampilan berbahasa.
- Tujuan
Dengan mempelajari hakikat bahasa diharapkan para mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang konsep, karakteristik, dan cirri-ciri bahasa.
- Apakah Bahasa itu?
Apa yang dilakukan oleh orang-orang apabila mereka bersama – Apakah mereka bermain, bertanding, menyatakan jatuh cinta, atau mereka mengacu balap mobil – mereka saling berbicara. Kita hidup dalam dunia kata-kata. Kita berbicara kepada teman kita, perkumpulan kita, atau kepadaa suami atau istri kita, kekasih atau kepada guru kita. Kita berbicara bertemu muka atau melalui telepon. Dan tiap orang kebanyakan melakukan tanggapan dengan berbicara. Alhasil setiap soal dalam kehidupan kita tidak pernah lepas dari menggunakan kata-kata, dan bahkan dalam memimpin kita menggunakan kata-kata. Kita juga kadang-kadang berbicara apabila tidak ada seorang pun. Beberapa diantara kita berbicara keras ketika tidur.
Penguasaan terhadao bahasa, melenihi dari atribut manapun, memberikan perbedaan antara manusia dan binatang. Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa yang menjadikan kita sebagai makhluk manusia. Menurut ahli filsafat, pengingkapan dalam kepercayaan atau agama oleh kebanyakan orang, bahasa adalah sumber kekuatan dan kehidupan. Untuk beberapa penduduk Afrika, kelahiran anak baru disebut ‘a kuntu’ yang berarti “sebuah barang” fan bukan ‘a muntu’ yang berarti “pribumi” atau person. Hanya dengan mempelajari bahasa anak dapat menjadi manusia. Oleh karena itu menurut kepercayaan ini, kita semua menjadi “manusia” karena kita setidak-tidaknya menguasai (mengetahui) sebuah bahasa. Tetapi apakah artinya mengetahui sebuah bahasa itu?
Dalam masyarakat kita (Indonesia) kata Bahasa sering dipergunakan dalam berbagai konteks dan dalam berbagai makna. Ada yang berbicara tentang Bahasa warna, tentang Bahasa bunga, tentang bahasa computer, tentang bahasa diplomasi, tentang bahasa militer, tentang politik, dan sebagainya. Di samping itu dalam kalangan terbatas, terutama seperti bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tutr, dan sebagainya.
Pemakaian kata Bahasa pada sebuah bahasa lisan, bahasa tulisan, dan bahasa tuturan, menunjukkan kajian seluk beluk bahasa yang menunjukkan pengertian yang lebih khusus.
Di sini yang dimaksud dengan bahasa adalah sistem lembaga bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
Dari penjelasan tersebut terdapat butir-butir informasi :
1) Bahasa adalah sebuah sistem
2) Bahasa adalah sebuah sistem lambang
3) Bahasa itu bermakna
4) Bahasa itu bersifat konvensional
5) Bahasa itu sistem bunyi
6) Bahasa itu bersifat orbiter
7) Bahasa itu bersifat produktif
8) Bahasa itu bersifat Unik
9) Bahasa itu bersifat universal
10) Bahasa itu mempunyai variasi-variasi
11) Bahasa itu identifikasi suatu kelompok social
1) Bahasa adalah sebuah sistem
Setiap bahasa memiliki sistem, aturan, pola, kaidah sehingga memiliki kekuatan atau alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Pada hakikatnya, setiap bahasa memiliki dua jenis sistem yaitu sistem bunyi dan sistem arti. Sistem bunyi mencakup bentuk bahasa dari tataran terendah sampai tertinggi (fonem, morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat, frase, paragraf, dan wacana). Sistem bunyi suatu bahasa tidak secara acak- acakan, tetapi mempunyai kaidah- kaidah yang dapat diterangkan secara sistematis. Sistem arti suatu bahasa merupakan isi atau pengertian yang tersirat atau terdapat dalam sistem bunyi..
Sistem bunyi dan sistem arti memang tidak dapat dipisahkan karena yang pertama merupakan dasar yang kedua dan yang kedua merupakan wujud yang pertama.
Sebagaimana sistem yang lain, bahasa itu terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara acak, atau secara tak beraturan. Unsur-unsur bahasa diatur seperti pola-pola yang berulang, sehingga kalau salah satu unsure saja tidak muncul, keseluruhan unsure itu dapat diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai contoh misalnya kita menemukan kalimat Bibi mem….. dua… buah….
Dengn segera kita dapat meramalkan apa isi titik-titik sesudah mem- dan sesudah buah. Dengan kata lain dalam bahasa terdapat satuan-satuan yang berkombinasi dengan aturan-aturan yang dapat diramalkan. Atau dapat dikatakan lebih jauh bahwa bahasa itu sistematis. Di samping itu dapt pul dinytkn bahwa bhwa bahsa terdiri dari subsistem-subsistem, artinya bahasa bukanlah sistem tunggal. Bahasa terdiri atas beberapa subsistem yaitu sistem fonologi, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikan. Agak berbeda dengan subsistem yang lain, subsistem bahasa tertata secara herarkis.
Jenjng subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistic atau tataran bahasa. Jika diurutkan dari tataran yang terendah hingga tatarn tertinggi, dalam hal ini terdapat tiga subsistem bahasa adalah tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat dan wacana. Tataran fonem masuk dalam bidang kajian fonologi, tataran morfem dan kata masuk dalam bidang kajian morfologi, tataran frase, klausa, kalimat, dan wacana merupakan tataran tertinggi, dikaji oleh analisis wacana dikaji dalam sintaksis. Dalm morfologi, kata menjadi satuan besar, sedangkan dalam sintaksis menjdi satuan kecil. Dalam kajian morfologi kata itu dikaji struktur dan proses pembentukkannya, sedangkan dalam sintaksis dikaji sebagai unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar.
Secara hierarkhi tatanan bahasa itu dapat dinagankan akan menjadi sebagai berikut :
Wacana wacana
Sintaksis Morfologi Fonologi
2) Bahasa sebagai Lambang
Kata lambing sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan dalam hal bendera kita Sang Saka Merah Putih sering dikatakan warna merah adalah lambing keberanian dan warna putih adalah kesucian. Atau gambar rantai dalam Garuda Pancasila merupakan lambing pemersatu; serta gambar banteng sebagai lambang asas kedaulatan rakyat. Kata Lambang sering disamakan dengan kata symbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk beluknya termasuk dalam bidang yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kahidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semioka atau semiologi dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu antara lain tanda (sign), Lambang (symbol), Sinyal (signal), Gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Perlu dibedakan antara apa yang dimaksud dengan lambang dan tanda. Tanda, selain dipakai sebgai iatilah umum adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda atau tindakan. Misalnya, kalu dikejauhan tampak ada asap mendung gelap dan tebal, maka tanda akan terjadinya hujan. Tanda bias juga menandai bekas kejadian. Kalau kita melihat rumput di pekaranggan basah, itu terjadi tanda telah turun hujan.
Lambang atau symbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah langsung. Misalnya, kalau di mulut gang atau jalan di Jakarta ada bendera kuning, maka kita akan tahu kalau daerah itu atau di jalan itu ada orang meninggal. Mengapa? Karena Secara konvensional Bendera kuning dijadikan tanda kematian.
Untuk memahami lambang ini tidak ada jalan lain selain harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal lambang itu, tidak tahu apa-apa dengan arti lambang itu. Pada segi lain mungkin barang yang sama dipakai untuk melambngkan atau menandai hal yang lain. Misalnya bendera kuning yang tidak hnya dipakai untuk lambnag kematian tetapi juga sebagai lambang Kepresidenan. Karena itu lambang itu sering disebut bersifat arbiter (tidak ada hubungan wajib) sebaliknya, tanda seperti yang sudah dijelaskan diatas, tidak bersifat arbiter.
Dalam kehidupannya, manusia memang selalu menggunakan lambang atau symbol. Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata adalah sebagai satuan bahasa itu disebut lambang bahasa yang berwujud bunyi (kuda) dengan rujukkannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang bisa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sakali, tidak ada cirri alamiahnya sedikit pun.
Agar menjadi lebih jelas apa yang dimaksud dengan lambang itu, baiklah kita bicarakan tanda-tanda lain yang menjadi objek kajian semiotika, sebagai bahan perbandingan. Tanda-tanda itu adalah sinyal, gerak, isyarat (gesture), gejala, kode, indeks, dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adalah tanda yang disengaja yang dibuat agar si penerima melakukan sesuatu. Jadi, sinyal ini dapat dikatakan bermakna perintah. Misalnya letusan pistol dalam lomba lari. Letusan pistol merupakan sinyal atau isyarat bagi para pelari untuk melakukan tindakan lari.
Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan anggota badan. Gerak isyarat ini mungkin merupakan tanda atau mungkin juga merupakan symbol. Kalau seorang manusia menganggukkan kepala untuk menyatakan persetujuan atau penolakan (ada budaya yang menyatakan penolakkan dengan mengangguk), itu adalah symbol karena sifatnya yanag arbiter.
Gejala atau symptom adalah suatu tanda yang tidak disengaja, yang dihasilkan tanpa maksud, untuk menujuk sesuatu akan terjad. Gejala ini menunjukkan sesuatu yang sedang dan akan terjadi. Gejala sebenarnya agak mirip dengan tanda; hanyalah gejalah itu agak terbatas, sebab tidak semua orang mengerti akan artinya, atau apa yang akan terjadi nanti,; sedangkan tanda itu berlaku umum.
Ikon adalah tanda yang makin mudah dipahami karena kemiripannya dengan sesuatu yang diwakili. Karena itu ikon sering juga disebut gambar dari wujud yang diwakilinya. Misalnya denah jalan, gambar bangunan, tiruan benda atau alam, baik yang dari kertas, batu logam dan sebagainya.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya sesuatu yang lain misal tulisan “Jalan ke puri” yang menunjukkan arah ke goa. Tanda terakhir yang kita bicarakan adalah kode. Ciri kode sebagai tanda adalah sistem, baik yang berupa symbol, sinyal, maupun gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran, perasaan, ide, benda, dan tindakan yang disepakati untuk maksud tertentu. Bahasa rahasia yang di gunakan oleh sekelompok petugas keamanan dalam melaksanakan tugasnya tentunya merupakan sebuah sistem. Karena itu, bahasa rahasia itu bisa juga disebut kode.
3) Bahasa Sebagai Bunyi
Secara teknis, menurut Kridalaksana bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang beraksi karena peubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi itu bisa bersumber antara lain pada, alat suara manusia,. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalam fonetik diamati sebagai “Fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem” (tentang fon, fonetik, fonem, dan fonemik akan dibicarakan kemudian.
Kalau bahasa itu berupa bunyi, bagaimanakah masalahnya dengan bahasa tulisan? Bahasa tulisan sebenarnya hanyalah “rekaman” dari bahasa lisan. Jadi, bahasa yang seharusnya dilisankan atau diucapkan dalam bahasa tulisan diganti denagn huruf-huruf dan tanda-tanda lain menurut suatu sistem askara.
Bahwa hakikat bahasa adalah bunyi, atau bahasa lisan, dapat kita saksikan sampai kini banyak sekali bahasa lisan di dunia ini, termasuk Indonesia, yang hanya punya bahasa lisan, tidak punya bahasa tulisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau belum mengenal askara.
4) Bahasa itu bermakna
Sudah dijelaskan bahwa bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan yaitu suatu pengertian, ide atau pikiran. Dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Misalnya lambang bahasa yang berwujud bunyi (kuda); Lambang itu mengacu pada konsep “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”. Kemudian, konseptadi dihubungkan dengan benda yang dihubungkan dengan dunia nyata. Jadi, kalau lamabng bunyi (kuda) yang mengacu pada konsep “binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”.
Lambang bunyi (kuda) punya benda kongkret di alam nyata: tetapi lambang bunyi (agama) dan (adil) tidak punya benda kongret fi alam nyata ini. Lebih umum dikatakan lambang bunyi tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan.
Lambang-lambang bunyi yang bermakna itu di dalam bahasa merupakan satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, kalusa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna.
Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
5) Bahasa itu Arbiter.
Yang dimaksud denga istilah arbiter adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang terwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpannya, antara (kuda), dan akan disebut juga (kuda) oleh orang Lampung dan bukannya (horse). Lalu, andaikata ada satu bahasa, yang meskipun mungkin berbeda, tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak.
6) Bahasa itu konvensional
Penggunaan suatu lambang untuk suatu tertentu konvensional. Artinya semua naggota masyarakat bahsa itu memahami konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Kalau misalnya binatng berkaki empat yang biasa dikendarai, yang secara arbitrer dilambangkan dengan bunyi( kuda),maka anggota masyarakat bahasa Indonesia,semuanya,harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya,dan menggantikannya dengan lambang lain,maka komunikasi akan terhambat. Karena tidak dapat dipahami oleh penutur bahasa Indonesia lainnya;dan berarti pula dia tidak mengikuti konvensi itu.
Kekonvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
7) Bahasa itu produktif
Bahasa itu dikatakan produktif, maksudnya adalah meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas. Tetapi dengan unsur –unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas,meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang dapat dibuat. Dengan kosakata yang menurut kamus besar bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.kalau ingin coba,silahkan!
Keproduktifan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dengan afiks-afiks tertentu tampaknya juga dibatasi oleh cirri-ciri inheran bentuk dasarnya,yang sejauh ini belum dikaji orang. Misalnya, prekfiks me-lebih produktif daripada prefiks di- sebab prefiks me- dapat juga diimbuhkan pada dasar yang menyatakan keadaan atau sifat, sedangkan prefiks di-tidak dapat. Jadi, bentuk-bentuk seperti membengkak ,menaik, dan meninggi berterima,sedangkan bentuk-bentuk dibengkak,dinaik, dan ditinggi tidak diterima.
8) Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai cirri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik,maka artinya, setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi,sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.salah satu keunikan bahasa indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis,melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu didalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
Keunikan yang menjadi salah satu ciri bahasa ini terjadi pada masing-masing bahasa, seperti bahasa batak,bahasa jawa, bahasa inggris, atau bahasa cina. Kalau keunikan terjadi pada sekelompok bahasa yang berbeda dalam satu rumpun atau golongan bahasa itu.
9) Bahasa itu universal
Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu juga bersifat universal. Artinya,ada cirri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada didunia ini.ciri-ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan cirri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itumempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bahasa Indonesia, misalnya mempunyai 6 buah vokal dan 22 buah konsonan, sedangkan bahasa arab mempunyai 3 buah vokal pendek dan 3 buah vokal panjang serta 28 konsonan. Bukti lain dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna,yaitu bermakna yaitu kata ,frase, klausa, kalimat dan wacana.
10) Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status social dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Anggota masyarakat bahasa itu ada yang berpendidikan ada yang tidak; ada yang tinggal dikota ada yang didesa; ada orang dewasa ada pula kanak-kanak. Ada yang berprofesi dokter,petani,pegawai kantor, nelayan dan sebagainya. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama,maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lains eringkali mepunyai perbedaan yang besar.
Ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu ideolek, dialek, dan ragam,. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat peroranagn. Setiap orang tentu memiliki ciri khas bahasanya masing-masing itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya kita di indonesia adanya bahasa jawa dengan dialek Banyumas, bahasa jawa dengan dialek Tegal dan sebagainya. Variasi bahasa berdasarkan tempat tersebut disebut dialek regional, dialek lokal, atau dialek geografi. Variasi bahasa yang digunakan pada masa tertentu, misalnya bahasa indonesia dengan dialek Balai putaka, dialek semacam itu degunakan sekelompok masyarakat tertentu disebut dialek sosial atau sosialek.
11) Bahasa itu identifikasi kelompok sosial
Di antara ciri-ciri budaya yang ada, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol, karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa diri sebagai kesatuan kelompok sosial yang berbeda dengan kelompok yang lain. Dalam kelompok tertentu orang menganggap bahasa sebagai identitas sosial yang penting daripada bahasa sebagai sistem. Misalnya bahasa Cina, adalah menggambarkan perilaku orang-orang Cina, atau sebagai ciri banga Cina. Mungkin pula bahasa Indonesia merupakan identitas bagi bangsa Indonesia
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.
1.
0 hay...:
Posting Komentar